Minggu, 17 April 2011

asuhan keperawatan anak dengan CLP

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN CLEFT LIP PALATOSKISIS




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2011

I. LAPORAN PENDAHULUAN


1. 1 DEFINISI
Celah bibir dan langit-langit (Cleft lip and palate) adalah suatu cacat/kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi, dan langit-langit.
Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167).
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003).
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003).
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21).



1. 2 MACAM-MACAM CLEFT LIP DAN PALATE
1.2.1 Klasifikasi celah bibir
a. Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.


Gambar A: unilateral incomplete
Gambar B: unilateral complete
c. Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.




1.2.2 Klasifikasi celah palatum :
Menurut sistem Veau, sumbing palatum dibagi menjadi empat tipe klinis, yaitu :
1. Sumbing dari palatum mole saja
2. Sumbing dari palatum mole dan durum, meluas kedepan ke foramen insisivus
3. Sumbing langit-langit unilateral komplit, biasanya bersamaan dengan sumbing bibir unilateral
4. Sumbing langit-langit bilateral komplit, biasanya bersamaan dengan sumbing bibir bilateral.




1.3 Etiologi
Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1.3.1 Herediter
Patten mengatakan bahwa pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :
1.3.1.1 Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma/gejala menurut hukum Mendel secara otosomal,dominant,resesif dan X-Linked.
• Pada otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan
yang sama.
• Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal
• X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.
1.3.1.2 Kelainan Kromosom
Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam sindroma akibat penyimpangan dari kromosom, misalnya Trisomi 13 (patau), Trisomi 15, Trisomi 18 (edwars) dan Trisomi 21.
1.3.2 Lingkungan
1.3.2.1 Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu
1.3.2.2 Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi hampir selalu janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi [rifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibu profen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit. Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat ini pada binatang.
1.3.2.3 Nutrisi
Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi
1.3.2.4 Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai anak banyak, penyebabnya:
1.3.2.5 Penyakit infeksi
Penyakit sifilis dan virus rubella dapat menyebabkan terjadinya cleft lips dan cleft palate.
1.3.2.6 Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion telah diakui dan diketahui dapat mengakibatkan timbulnya celah bibir dan celah langit-langit. Efek genetic yaitu yang mengenai alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada generasi selanjutnya, dapat terjadi bila dosis penyinaran tidak menyebabkan kemandulan. Efek genetic tidak mengenal ambang dosis.
1.3.2.7 Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palate.
1.3.2.8 Trauma
Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.


1.3.3 Campuran
1.3.3.1 Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.
1.3.3.2 Faktor usia ibu dan daya pembentukan embrio menurun.
Bahwa dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan menurun (factor lingkungan). Bertambah pula risiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kelainan kromosom (faktor herediter)
1.5 PATHOGENESIS
Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sanagt kompleks. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan (kongenital). Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika ia lahir. Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.
Beberapa teori yang menggambarkan terjadinya celah bibir :
1.5.1 Teori Fusi / Teori kalsik
Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa kehamilan, processus maxillaries berkembang kearah depan menuju garis median, mendekati processus nasomedialis dan kemudian bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara processus maxillaries dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan terjadi.
1.5.2 Teori Penyusupan Mesodermal / Teori hambatan perkembangan
Mesoderm mengadakan penyusunan menyebrangi celah sehingga bibir atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyebrangi celah bibir akan terbentuk.
1.5.3 Teori Mesodermal sebagai Kerangka Membran Brankhial
Pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memerlukan jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.
1.5.4 Gabungan Teori Fusi dan Penyusupan Mesodermal
Patten, 1971, pertama kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya fusi processus maxillaris dan penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak akan membentuk bibir bagian tengah.
1.6 MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas pada bibir
2. Kesukaran dalam menghisap/makan
3. Kelainan susunan archumdentis
4. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Regurgitasi makanan
1.6.1 Pada Labio skisis
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3. Adanya celah pada bibir
1.6.2 Pada Palato skisis
1. Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
2. Ada rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung
4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5. Kesukaran dalam menghisap/makan.
1.7 KOMPLIKASI
1.7.1 Gangguan bicara
1.7.2 Terjadinya atitis media
1.7.3 Aspirasi
1.7.4 Distress pernafasan
1.7.5 Resiko infeksi saluran nafas
1.7.6 Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
1.7.7 Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh otitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
1.7.8 Masalah gigi
1.7.9 Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan parut.
1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.8.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan prabedan rutin (misalnya hitung darah lengkap)
1.8.2 Pemeriksaan Diagnosis
a. Foto Rontgen
b. Pemeriksaan fisik
c. MRI untuk evaluasi abnormal
1.9 PENATALAKSANAAN
Ada tiga tahap penanganan bibir sumbing yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu operasi dan tahap setelah operasi :
1.9.1 tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of tens meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan resiko anastesi, anak lebih dapat menahan stress akibat operasi, memaksimalkan status nutrisi dan penyembuhan serta elemen bibir lebih besar sehingga memungkinkan rekonstruksi yang lebih teliti dan ukuran alat yang sesuai. Selain rule of tens, sebaiknya bebas dari infeksi pernapasan sekurang-kurangnya lebih dari dua minggu dan tanpa infeksi kulit pada waktu operasi dan dari hasil pemeriksaan darah leukosit kurang dari 10.000/µL dan hematokrit sejumlah 35%. Jika bayi belum mencapai rule of tens ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.





1.9.2 Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah tentang kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah. Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8 – 9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi operasi, dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penjelasan kepada orangtuanya
2. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi (hidung), evaluasi telinga.
3. Umur 10-12 bulan : Operasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
4. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi
5. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan Pharyngoplasti
6. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi)
8. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy
1.9.3 Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi.




a





II. PROSES KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN PRE OP
2.1.1 Identitas : biasanya ditemukan sejak usia bayi atau sebelumnya (prenatal)
2.1.2 Keluhan utama : bayi sulit untuk menyusu (ASI keluar lewat hidung)
2.1.3 Riwayat penyakit sekarang : terdapat celah pada bibir, palatum atau keduanya
2.1.4 Riwayat penyakit dahulu :
Kehamilan : apakah ibu pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I, nutrisi ibu yang kurang saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil, apakah ibu sorang perokok.
2.1.5 Riwayat psikososial : Orang tua menyatakan tidak dapat merawatnya.
2.1.6 Imunisasi :
Nama, Jumlah dosis, usia saat diberikan
Kekambuhan reaksi
2.1.7 Riwayat kesehatan keluarga :
Apakah orang tua memiliki kelainan kromosom, apakah di dalam keluarga ada yang menderita CLP, apakah ada anggota keluarga di rumah yang merokok.
2.1.8 Activity daily living
Nutrisi :
• Di rumah : kebutuhan nutrisi bayi
Kebutuhan cairan bayi pada trimester 1 = 150cc/ kgBB/ hari, pada trimester 2 = 125cc/kgBB/hari, pada trimester 3 = 110cc/kgBB/hari.
Dirumah bayi diberi susu dengan dot khusus, saat menyusui ibu memposisikan bayi secara tidur telentang atau digendong. Nutrisi tidak adekuat karena susu yang diminum keluar lewat hidung atau masuk ke dalam saluran pernapasan.
• Di RS : ibu diajarkan saat memberi susu posisi bayi tegak (duduk dipangku). Menggunakan dot khusus. Bayi juga diberikan nutrisi parenteral.


2.1.9 Pemeriksaan fisik
2.1.9.1 Kepala Dan Leher
• Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefal
• Tulang tengkorak : Anencefali, Encefaloke
• Fontanel anterior menutup : 18 bula
• Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
• Distribusi rambut dan warna
• Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian occipital.
• wajah simetris
• Mata Simetris kanan kiri
• Alis tumbuh umur 2-3 bulan
• Kelopak mata : Tidak terdapat Oedema
• Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas turun.
• Enof kelopak mata menyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertarik kebelakang.
• Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata atas dan bawah tertarik kebelakang.
• ada rekasi miosis.
• pupil isokor kiri atau kanan
• pergerakan bola mata normal
• Refleks kornea
• Glaberal reflex positif
• Doll eye refleks
2.1.9.2 Hidung
• Inspeksi : kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing, kesukaran dalam menghisap atau makan.
- Inspeksi pada labia skisis : tampak sebagian atau keduanya, adanya celah pada bibir.
- Inspeksi pada palato skisis: tampak ada celah pada kedua tekak (uvula), palate lunak dan keras, adanya rongga pada hidung, distorsia hidung,
• Palpasi dengan menggunakan jari : teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
2.1.9.3 Mulut
• Terdapat celah pada bibir, palatum atau keduanya.
• Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
• Gags reflex positif
• Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
- Rooting reflex positif
- Sucking Refleks lemah
2.1.9.4 Telinga
• Simetris kiri dan kanan
• Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan
tulang rawan masih lunak.
• Canalis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihat
apakah ada serumen atau cairan.
• Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
• Starter refleks :mata akan berkedip.
2.1.9.5 Leher
• Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
• tampak adanya vena jugularis.
- Raba tiroid apakah ada pembesaran atau tidak.
- Tonick neck refleks : positif
- Neck rigting refleks refleks
2.1.9.6 Dada
• Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
• Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan dewasa 1: 2
• suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah 3:1
• Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
• Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
• Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri ICS 2 ( bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katuptricuspid), sternal kiri mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
• Perkusi pada daerah jantung adalah pekak.
2.1.9.7 Abdomen
• Terdengar suara peristaltic usus.
• Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis media clavikula 6 – 12 cm.
• Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas
Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak
Perkusi pada daerah lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
• Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial ,terlihat kontraksi.
2.1.9.8 Ekstremitas
• Tidak ada kelainan pada jumlah jari
• Ujung jari halus
• Kuku klubbing finger < 180
• Grasping reflex positif
• Palmar refleks positif
2.1.9.8 Pelvis
• lipatan paha simetris kiri kanan
• Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak
• Barlow test : kedua lutut ditekuk dan regangkan kesamping akan terdengar bunyi klik
• Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakah simetris kiri dan kanan.
• Thomas test : lutut kanan ditekuk dan dirapatkan kedada,sakit dan lutut kiri akan terangkat

2.1.9.9. Kaki
• Refleks babinsky positif
2.2 WOC
(terlampir)

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE-OP
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi lelah menghisap, intake makanan dan minuman pada anak tidak adekuat.
2. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan aspirasi ke dalam saluran pernapasan dan masuknya cairan ke saluran telinga
5. Resiko perubahan perilaku orang tua yang berhubungan dengan cacat fisik yang sangat nyata pada bayi.
6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian makan, dan perawatan dirumah
2.3.1 INTERVENSI PRE OP
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi lelah menghisap, intake makanan dan minuman pada anak tidak adekuat.
Tujuan : bayi dapat terpenuhi nutrisinya secara adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam
Kriteria hasil :
- Nutrisi bayi terpenuhi
- Mempertahankan BB dalam batas normal.
- Bayi dapat tidur nyenyak
Intervensi :
1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
R/ Memberikan informasi sehubungan dgn keb nutrisi & keefektifan terapi.
2) Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang yang sesuai untuk pemberian minum
R/ Untuk mempermudah menelan dan mencegah aspirasi.

3) Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi menghisap.
R/ Karena cenderung menelan banyak udara dan mencegah cedera pada bayi
4) Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
R/ Untuk mengetahui kemampuan menelan dan menghisap pada bayi.
5) Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan
R/ Mempertahankan nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi
6) Mempertahankan nutrisi adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat dapat mempertahankan atau menambah berat badan bayi
7) Kaji kemampuan menelan dan menghisap
R/ Bila kemampuan menelan dan menghisap baik maka nutrisi yang masuk dapat terpenuhi.
8) Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong makan/minuman kedalam
R/ Posisi tempat dot yang tepat mencegah resiko aspirasi dan memberikan kenyamanan posisi pada bayi.

2. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
Tujuan : anak tidak akan mengalami aspirasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
Dengan criteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan kemampuan menelan.
- Bertoleransi terhadap asupan oral dan sekresi tanpa aspirasi.
- Bertoleransi terhadap pemberian perenteral tanpa aspirasi
Intervensi :
1) Jelaskan pada orang tua cara/ teknik menyusui yang benar
R/ ibu dapat mengerti cara yang benar dalam memberikan ASI sehingga bayi terhindar dari aspirasi.
2) Tempatkan pasien pada posisi semi-fowler atau fowler.
R/ Agar mempermudah mengeluarkan sekresi.
3) Gunakan dot khusus yang agak panjang
R/ untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
4) Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama makan, sesuai dengan kebutuhan.
R/ Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu.
5) Pantau status pernafasan selama pemberian makan tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan dan pemberian pengobatan.
R/ Perubahan yg terjadi pada proses pemberian makanan dan pengobatan bisa saja menyebabkan aspirasi

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
Tujuan :Rasa cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24 jam
Kriteria hasil :
- Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan.
- Menghindari sumber kecemasan bila mungkin.
- Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Intervensi :
1) Jelaskan pada keluraga keadaan yang diderita anaknya
R/ pemahaman ibu tentang keadaan yang diderita anaknya mengurangi kecemasan keluarga, karena keadaan anak masih bisa diatasi.
2) Kaji tingkat kecemasan keluarga.
R/ Untuk mengetahui seberapa besar kecemasan yang dirasakan keluarga sekarang.
3) Berikan penyuluhan pada keluarga tentang penyakit dan proses penyembuhannya.
R/ Untuk mengetahui bagaimana untuk memudahkan memberikan support atau penyuluhan.
4) Anjurkan keluarga mengungkapkan dan atau mengekspresikan perasaan (menangis)
R/ membantu mengindentifikasikan perasaan atau masalah negatif dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Klien dapat juga merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karean sperasaannya bahwa ia telah gagal, bahwa ia sebagai wanita lemah, dan bahwa harapannya tidak terpenuhi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan aspirasi ke dalam saluran pernapasan dan masuknya cairan ke saluran telinga
Tujuan : bayi tidak mengalami infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan .....x/24jam
Kriteria hasil :
- Mencegah infeksi :Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
- Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
- Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.
Intervensi :
1) Jelaskan pada orang tua penyebab dari resiko infeksi
R/ penyebab dari resiko infeksi ialah karena masuknya cairan/susu ke dalam saluran pernapasan dan telinga.
2) Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pneumonia.
R/ Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonia.
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik profilaksis
R/ pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan resiko infeksi.
4) Observasi tanda-tanda infeksi
R/ deteksi dini terhadap tanda-tanda infeksi

5. Resiko perubahan perilaku orang tua yang berhubungan dengan cacat fisik yang sangat nyata pada bayi
Tujuan : pasien atau keluarga memperlihatkan penerimaan terhadap bayi
Kriteria hasil:
- Keluarga membicarakan perasaan dan kekhawatiran mengenai cacat yang disandang anaknya. Koreksi dan prospeknya di masa mendatang.
- Keluarga memperlihatkan sikap menerima bayinya.
Intervensi:
1) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perasaan mereka.
R/ untuk mendorong koping keluarga
2) Perlihatkan perilaku menerima bayi dan keluarganya
R/ karena orang tua sensitive terhadap perilaku afektif anaknya
3) Tunjukkan dengan perilaku bahwa anak adalah manusia yang berharga
R/ untuk mendorong penerimaan bayi cacat fisik.

6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian makan, dan perawatan dirumah.
Tujuan : keluarga memahami teknik pemberian makanan yang tepat pada anak.
Kriteria hasil :
- Keluarga memahami teknik pemberian makan yang tepat
- Keluarga dapat menjelaskan dan memperagakan kembali teknik pemberian yang benar.
Intervensi :
1) Jelaskan pada keluarga teknik pemberian makanan yang tepat
R/ teknik pemberian makan yang tepat ialah puting /dot khusus harus diposisikan ke belakang dan di sepanjang sisi mulut di sisi noncleft, menekan pipi bersama-sama di sekitar puting untuk meningkatkan suction lisan.posisi bayi tegak.
2) Minta ibu memperagakan kembali apa yang sudah di ajarkan oleh perawat.
R/ untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu tentang tekni pemberian makanan yang tepat.
3) Observasi ketepatan ibu dalam mengaplikasikan yang telah di ajarkan.
R/ menilai ketepatan teknik pemberian makanan.


2.4 PENGKAJIAN POST-OP
2.4.1 Keluhan utama : nyeri pada luka jahitan.
2.4.2 Riwayat penyakit sekarang : setelah dilakukan operasi terdapat luka jahitan dibibir bagian atas, bayi tidak dapat menghisap, bayi mengalami keterbatasan gerak, bayi mengalami ketidaknyamanan.
2.4.3 Activity daily living
Nutrisi :
• Di RS : bayi di RS minum susu menggunakan sendok, menggunakan nutrisi parenteral, bagaimana toleransi bayi terhadap makanan yang dimodifikasi,
2.4.5 pemeriksaan fisik
2.4.5.1 Hidung
• Dilubang hidung : terdapat jahitan
• Cuping hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung
2.4.5.2 Mulut
• Terdapat luka jahitan pada bibir bagian atas
• Terdapat celah pada palatum
• Periksa gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
• Gags reflex positif
• Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
- Rooting reflex positif
- Sucking Refleks lemah
• Kaji apakah ada peregangan pada sisi jahitan
2.4.5.3 Ektremitas
• Tangan selalu bergerak ke mulut
2.4.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN POST-OPP
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kontaminasi mikroorganisme.
3. Resiko trauma pada tempat pembedahan yang berhubungan dengan peregangan pada jahitan.
2.4.2 INTERVENSI POST OP
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : anak mengalami tingkat kenyamanan yang optimal setelah dilakukan tindakan ....x 24 jam
Kriteria hasil : bayi tampak nyaman dan beristirahat dengan tenang.
Intervensi :
1) Kaji pola istirahat bayi/anak dan kegelisahan.
R/ Mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan koping terhadap stres atau ketidaknyamanan.
2) Beri stimulasi belaian dan pelukan
R/ sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal.
3) Libatkan orang tua dalam perawatan bayi
R/ untuk memberikan rasa aman dan nyaman.
4) Berikan analgetik sesuai program.
R/ Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh

2. Resiko infeksi berhubungan dengan kontaminasi mikroorganisme
Tujuan : mengurangi resiko terjadinya infeksi setelah dilakukan proses pebedahan
Kriteria hasil :
- Mencegah infeksi :Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
- Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
- Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.
- Luka tampak bersih, kering dan tidak edema.
Intervensi :
1) Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pneumonia.
R/ Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonia.
2) Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
R/ Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan pencegahan komplikasi lebih serius.
3) Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
R/ Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
4) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.
R/ alat yang tidak steril mudah menimbulkan MO mudah masuk ke daerah insisi.
5) Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
R/ menjaga agar sutura tidak trauma/rusak

3. Resiko trauma pada tempat pembedahan yang berhubungan dengan peregangan pada jahitan.
Tujuan : anak tidak mengalami trauma pada tempat pembedahan, anak tidak memperlihatkan adanya aspirasi
Kriteria hasil : dapat menangani secret yang keluar dan susu formula tanpa aspirasi
Intervensi :
1) Gunakan teknik pemberian susu yang non traumatic
R/ untuk meminimalkan resiko trauma
2) Pertahankan alat pelindung bibir
R/ untuk melindungi luka jahitan.
3) Hindari penggunaan alat didalam mulut sesudah operasi
R/ untuk mencegah trauma pada luka operasi
4) Bersihkan jahitan operasi dengan hati-hati sesudah pemberian susu
R/ karena inflamasi atau infeksi akan mengganggu proses kesembuhan serta efek kosmetik koreksi pembedahan.
5) Cegah bayi agar tidak menangis dengan keras
R/ dapat menimbulkan regangan pada jahitan bekas operasi
6) Ajarkan prosedur membersihkan dan menahan gerakan bayi yang mengenai luka operasi jika bayi dipulangkan sebelum jahitan luka dilepas.
R/ untuk meminimalkan komplikasi setelah pembedahan.







DAFTAR PUSTAKA


Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta: Fajar Interpratama
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Wong, Dona L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC
http://books.google.co.id/books?id=a3EIYQEWuKIC&pg=PA944&dq=intervensi+kurang+pengetahuan+pada+bayi+dengan+bibir+sumbing&hl=id&ei=BzScTbrPK8XtrQeV_MiLCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCcQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false/senin/4-4-2011/17:00WIB
http://dianprastyawan.wordpress.com/sabtu/02-04-2011/11.00wib
http://edhasroom.blogspot.com/2010/12/langkah-langkah-penanganan-clp-cleft.html/selasa/5-04-2011/17.00WIB
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/103/sumbing-langit-langit/selasa/5-04-2011/14.00WIB
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/02/bibir-sumbing-penanganan-celah-bibir-cleft-lips-bibir-sumbing-cheiloschisis-dan-celah-langit-langit-cleft-palatepalatoschisis/

Minggu, 27 Maret 2011

askep anak usia sekolah

KEPERAWATAN ANAK I
ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)



Kelompok 5 :
1. Aninthiasari (200802007)
2. Christine Yunita Santoso (200802012)
3. Dian Kusuma Ningrum (200802015)
4. Enthry Diantoro (200802018)
5. Fx Galih Rosario (200802022)
6. Maria Angela Ni Wayan Hilda (200802032)
7. Maria Florinda Peni K (200802035)
8. Melania Putu Dian Asri Aditya (200802039)
9. Teresia Sitriati (200802053)
10. Yohanista Consita (200802057)

Stikes Katolik St.Vincentius A Paulo
Surabaya
2010





1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Pertumbuhan adalah suatu proses alami yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap anak akan semakin bertambah berat dan tinggi.
Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses belajar dari lingkungannya.
1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:
1.1.1 Faktor herediter
Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan adalah jenis kelamin, ras dan kebangsaan. Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan dan setelah lahir, anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan. Hal ini bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal mengalami masa prapubertas sehingga anak perempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi, begitu anak laki-laki memasuki masa pubertas, mereka akan berubah lebih tinggi dan besar daripada anak perempuan.
Ras atau suku bangsa dapat juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya: Suku Asmat di Irian Jaya secara turun temurun berkulit hitam, Bangsa Asia cenderung pendek dan kecil sedangkan Bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan besar.

1.1.2 Faktor lingkungan
• Lingkungan prenatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
• Pengaruh budaya dan lingkungan
Pola perilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya,misalnya ada beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan janin. Begitu juga kenyakinan untuk melahirkan dengan meminta pertolongan petugas kesehatan di sarana kesehatan atau tetap memilih dukun beranak, dilandasi oleh nilai budaya yang dimiliki. Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan pola asuh keluarga yang juga dilandasi oleh nilai budaya yang ada di masyarakat.
• Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat pertunbuhan dan perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan usianya.
• Nutrisi
Asupan nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk pula bagi kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang berelebihan dalam sel atau jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak sakit, pertumbuhan dan perkembangan juga terganggu.
• Iklim atau cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak, seperti pada musim penghujan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan memyebabkan sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahkan timbul berbagai penyakit menular, seperti diare dan penyakit kulit, yang dapat mengancam semua orang termasuk bayi dan anak-anak.
• Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikososial anak. Secara fisik, manfaat olahraga atau latihan yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Olahraga juga akan meningkatkan aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel. Secara psikososial, anak akan berinteraksi dengan teman sepermainan dan mengenal aturan yang berlaku serta belajar menaatinya untuk tujuan bersama. Selain itu, membantu anak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama teman.

1.1.3 Faktor internal
• Kecerdasan
Kecerdasan dimiliki anak sejak lahir. Anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
• Pengaruh hormonal
Ada 3 hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:
 Hormon somatotropik(growth hormone) terutama digunakan selama masa kanak-kanak yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Apabila kelebihan, akan menyebabkan gigantisme yaitu anak tumbuh sangat tinggi dan besar, dan apabila kekurangan, menyebabkan dwarfism atau kerdil.
 Hormon tiroid menstimulasi metabolism tubuh.
 Hormon gonadotropik menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis untuk memproduksi testosterone dan ovarium untuk memproduksi estrogen.
• Pengaruh emosi
Orang tua adalah model peran bagi anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Apabila orang tua memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk menirukan perilaku orang tua tersebut. Anak belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan perilaku emosional karena maturasi atau pematangan kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan keluarganya.

1.2 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:
• Perkembangan menimbulkan perubahan
• Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
• Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
• Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
• Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
• Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

2. Pengertian Anak Usia Sekolah.
Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut. Periode usia pertengahan ini sering kali disebut usia sekolah atau masa sekolah.
Periode ini dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa anak-anak, dan menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga.
Secara fisiologis, usia sekolah dimulai dengan tanggalnya gigi susu pertama dan diakhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir. Selama usia 5-6 tahun sebelumnya, anak mengalami kemajuan, dari bayi yang tidak berdaya menjadi individu yang kuat dan kompleks dengan kemampuan berkomunikasi, membentuk konsep yang terbatas, dan mulai terlibat dalam perilaku social dan motorik yang kompleks.
Pada tahap ini terjadi perkembangan fisik, mental, dan social yang kontinu, disertai penekanan pada perkembangan kompetensi ketrampilan. Pada tahap ini, kerja sama social dan moral dini lebih penting dan relevan dengan tahap-tahap perkembangan berikutnya. Periode ini merupakan periode kritis dalam perkembangan konsep diri.


3. Tahapan Perkembangan Anak Usia Sekolah.
3.1 Perkembangan Biologis
Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, bertambah 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg; tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg. Perbedaan ukuran anak perempuan dan laki-laki pada periode ini sangat tinggi, walaupun anak laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan kadang-kadang lebih berat daripada anak perempuan.

3.1.1 Perubahan proporsional.
Anak-anak usia sekolah lebih anggun daripada saat mereka usia prasekolah, dan mereka dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi tubuh mereka tampak lebih ramping, dengan kaki yang lebih panjang, proporsi tubuh bervariasi, dan pusat gaya berat mereka lebih rendah. Postur lebih tinggi dibandingkan usia prasekolah untuk memfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan dan tubuh. Proporsi tubuh ini memudahkan aktivitas anak seperti memanjat, mengendarai sepeda, dan melakukan aktivitas lainnya. Lemak berkurang secara bertahap, dan pola distribusi lemak berubah, menyebabkan penampakan tubuh anak yang lebuh ramping selama tahun-tahun pertengahan.
Perubahan yang paling nyata dan dapat menjadi indikasi terbaik peningkatan kematangan pada anak-anak adalah penurunan lingkar kepala dalam hubungannya terhadap tinggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar pinggang dalam hubungnnya dengan tinggi badan dan peningkatan panjang tungkai dalam hubungannya dengan tinggi badan
3.1.2 Perubahan facial.
 Gigi susu mulai tanggal,memiliki 10-11 gigi permanen pada usia 8 tahun dan kira-kira 26 gigi permanen saat usia 12 tahun.
 Pertumbuhan otak tengkorak lebih melambat.
 Ugly Ducking Stage: gigi tampak terlalu besar bagi wajah.

3.1.4 Kematangan Sistem
Gastrointestinal:
 Jarang mengalami gangguan.
 Dapat memepertahankan kadar gula denga baik.
 Kapasitas lambung meningkat. Dan terjad retensi makanan lebih lama.
Eliminasi:
 Kapasitas vesica urinaria bertambah.
 Jumlah produksi urine tergantuntg pada suhu, kelemababan, dan intake
cairan.
Kardiovaskuler:
 Tumbuh paling lambat daripada organ yang lain sehingga apabila jika olah
raga terlalu berat akan mengganggu pertumbuhan.
Imunitas:
 Lebih baik dalam melokalisir infeksi dan memproduksi antigen dan antibody.
Muskuloskeletal:
 Proses osifikasi terus terjadi tapi tidak diikuti dengan mineralisasi sehingga tulang menjadi rapuh (peka terhadap tekanan maupun tarikan ) untuk itu postur tubuh harus tetap dijaga : contoh tidak membawa beban terlalu berat, tidak memakai sepatu yang terlalu kecil, dan posisi duduk harus tegak.

3.1.5 Perkembangan motorik kasar.
 Pada usia 7-10 tahun.
Aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali ketrampilan kognitif dan kesadaran secara bertahap terjadi peningkatan irama, kehalusan dan keanggunan gerakan otot, mengalami minat dalam penyempurnaan fisik.Kekuatan daya ingat meningkat.
 Pada usia 10-12 tahun.
Terjadi peningkatan energy, peningaktan arah, dan kendali dalam kemampuan fisik.

3.1.6 Perkembangan motorik halus.
 Terjadi peningkatan ketrampilan motorik halus karena meningkatnya melinisasi system saraf.
 Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan.
 Dapat menulis daripada mengucapkan kata-kata saat usia 8 tahun.
 Menunjukan peningkatan kemampuan motorik halus sepeti usia dewasa saat usia 12 tahun.
 Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu dan ketrampilan khusus seperti menjahit membuat model dan bermain alat musik.
3.1.7 Prepubertas
Praremaja adalah periode yang dimulai menjelang akhir masa kanak-kanak pertengahan dan berakhir pada hari ulang tahun ke 13. Sejak pubertas menandai dimulainya perkembangan karakteristik seks sekunder, prapubertas, periode 2 tahun yang mendahului pubertas, biasanya terjadi selama praremaja.
Tidak ada usia universal saat anak mendapatkan karakteristik prapubertas. Tanda fisiologi pertama muncul kira-kira pada usia 9 tahun (pada anak perempuan) dan biasanya tampak jelas pada usia 11-12 tahun. Umumnya, usia paling awal dimulainya pubertas adalah 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak laki-laki, walaupun terdapat peningkatan jumlah anak perempuan yang mencapai masa pubertas di usia 9 tahun. Usia pubertas rata-rata adalah 12 tahun pada perempuan dan 14 tahun pada laki-laki. Anak laki-laki menunjukkan sedikit kematangan seksual yang dapat dilihat selama masa praremaja.
3.2 Perkembangan Kognitif (Piaget)
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh kemampuan untuk menghubungkan kejadian untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan mental anak yang dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini di istilahkan sebagai operasional concret oleh Piaget, Ketika anak manpu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan.
Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual). Kemampuan anak meningkat dalam menguasai simbol-simbol dan untuk menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu mereka untuk mengevaluasi dan mengenterpretasi masa kini.
Salah satu tugas kognitif utama anak usia sekolah adalah mengusai konsep-konsep konservasi. Pada usia awal anak memahami konsep memutarbalikkan angka sebagai dasar untuk masalah matematika sederhana. Anak belajar bahwa objek-objek tertentu di lingkungan tidak mudah berubah dengan melakukan perubahan letak benda dalam ruang dan mereka mampu menolak isyarat persepsi yang menunjukkan perubahan dalam bentuk fisik objek. Sebagai contoh mereka tidak lagi menganggap gelas air yang tinggi dan ramping mengandung volume air yang lebih banyak dibandingkan gelas yang pendek dan lebar.
Anak-anak usia sekolah juga mengembangkan keterampilan mengklasifikasikan. Mereka dapat mengelompokkan dan memisahkan benda-benda menurut kesamaan atribut, meletakkan sesuatu dalam susun an yang pantas dan logis, dan dalam melakukan hal ini, anak memiliki konsep dalam pikirannya sambil membuat keputusan berdasarkan konsep tersebut.
Keterampilan yang paling penting, yaitu kemampuan membaca, diperoleh selama tahun-tahun sekolah dan menjadi alat yang paling berharga untuk menyelidiki kemandirian anak.

3.3 Perkembangan Moral (Kohlberg)
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Walaupun anak usia 6-7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang diharapkan dari mereka, mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan hukuman mengarahkan penilaian mereka, suatu “tindakan yang buruk” adalah yang melanggar peraturan atau membahayakan. Anak kecil dapat mempercayai bahwa apa yang orang lain katakan pada mereka pikirkan adalah salah. Oleh karena itu, anak usia 6-7 tahun kemungkinan menginterpretasikan kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman kesalahan atau akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak. Untuk anak yang lebih besar, pelanggaran peraturan cenderung dilihat dalam kaitannya dengan konteks total penampakannya ; reaksi dipengaruhi oleh kondisi dan moralitas peraturan itu sendiri. Mereka mampu memahami dan menerima konsep memperlakukan orang lain seperti bagaimana mereka ingin diperlakukan.
3.4 Perkembangan Spiritual
Anak-anak dalam usia ini berpikir dalam batasan yang cukup konkret tetapi merupakan pelajar yang cukup baik dan memiliki kemauan besar mempelajari Tuhan. Mereka sangat tertarik pada konsep neraka dan surga, dan dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berperilaku. Sering kali anak menggambarkan penyakit atau cedera sebagai hukuman karena kelakuan buruk yang nyata maupun kelakuan buruk dalam imajinasi anak.
Anak usia sekolah mulai belajar untuk membedakan antara natural dan supernatural tetapi mengalami kesulitan memahami simbol-simbol. Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual agama lainnya, dan jika aktivitas ini merupakan bagian kegiatan sehari-hari anak, hal ini dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi yang mengancam. Walaupun anak yang lebih muda berharap doanya segera dijawab, saat dewasa, mereka menyadari bahwa doa mereka tidak selalu dijawab. Mereka mampu mendiskusikan perasaan mereka tentang keimanan dan bagaiamana hubungannya dengan kehidupan mereka.

3.5 Perkembangan Psikososial
A. Menurut tinjauan Erikson
1. Erikson menyatakan krisis psikologis yang dihadapi anak pada usia 6-12 tahun sebagai “industry versus inferioritas”.
a. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.
b. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi dan inisiatif).
c. Perasaan industry berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
d. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis. Ketika anak tidak merasa adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
2. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan
3. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi dan kerja sama untuk mencapai tujuan.

B. Rasa takut dan stressor
1. Rasa takut yang sering terjadi :
a. Gagal di sekolah
b. Gertakan
c. Guru yang mengintimidasi
d. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
2. Stressor yang sering terjadi :
a. Stressor untuk anak sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan ijin / persetujuan, kesepian, kemandirian dan lawan jenis.
b. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar, yaitu kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetisi, tekanan dari teman sebaya dan keinginan untuk memakai obat-obatan.
3. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi overprotektif
C. Sosialisasi
1. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan dan kegiatan yang memiliki tujuan
2. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
3. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
D. Bermain dan mainan
1. Bermain menjadi lebih kompetitif dan kompleks selama periode usia sekolah
2. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, pramuka atau organisasi lain dan membaca
3. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan permainan.
4. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan meliputi :
a. Music dan seni
b. Kegiatan olahraga, misal berenang
c. Buku dan kerajinan tangan
d. Permainan kartu
E. Disiplin
1. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar.
2. Tanggung jawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga.
3. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan.
3.6 Perkembangan Psikoseksual
A. Tinjauan menurut Freud
1. Periode latensi, yang terjadi dari usia 5-12 tahun, menunjukkan tahap yang relatif tidak memperhatikan masalah seksual sebelum masa pubertas dan remaja.
2. Selama periode ini, perkembangan harga diri berkaitan erat dengan perkembangan ketrampilan untuk menghasilkan konsep nilai dan menghargai seseorang
B. Perkembangan seksual
1. Masa akhir praremaja dimulai pada akhir usia sekolah. Perbedaan pertumbuhan dan kematangan gender pada masa ini semakin terlihat nyata.
2. Pada tahap awal usia sekolah, anak memperoleh lebih banyak pengetahuan dan sikap mengenai seks.
3. Pertanyaan mengenai seks harus dijawab dengan jujur yang berdasarkan tingkat pemahaman anak.

3.7 Peningkatan Kesejahteraan
3.7.1 Menganjurkan keluarga untuk mengikuti rekomendasi untuk kunjungan perawatan anak sehat, imunisasi dan keamanan.
3.7.2 Nutrisi
1. Menganjurkan pola makan yang sehat
2. Mengingatkan pada anak dan pemberi asuh mereka untuk membatasi makan siap saji yang tidak bergizi
3. Member penyuluhan tentang dasar-dasar piramida makanan dan bantu anak membedakan makanan yang bergizi dan yang tidak bergizi
3.7.3 Tidur
Menganjurkan keluarga untuk membuat kesepakatan waktu tidur dan memberikan keleluasaan pada malam hari pada saat liburan
3.7.4 Pertumbuhan dan perkembangan
1. Membantu perkembangan perasaan mampu (industri) denagn mendorong ketrampilan anak di sekolah, oalahraga dan bermain.
2. Konseling keluarga mengenai tindakan keamanan untuk anak yang ditinggalkan kedua orang tua mereka bekerja
3. Menganjurkan orang tua untuk membatasi waktu menonton tv keluarga.
3.7.5 Keluarga
1. Menganjurkan komunikasi terbuka.
2. Mengembangkan tanggung jawab dengan tugas-tugas dan keterikatan pada peraturan dan jadwal keluarga.
3. Anak mempelajari untuk menerima konsekuensi dari tindakannya sendiri.
4. Menganjurkan orang tua untuk mengetahui teman kelompok bermain anak. Teman sebaya itu penting, tetpai anak akan kembali kepada keluarga untuk mendapat dukungan dan persetujuan.
3.7.6 Kesehatan
Meningkatkan perawatan diri dan kebersihan juga memantau anak terhadap masalah perilaku.
3.7.7 Bimbingan antisipasi
Mengajarkan anak tentang pubertas dan semua perubahan emosi serta fisik, obat-obatan, alcohol, tembakau dan pendidikan seks.





4. Bentuk Permasalahan yang Terjadi pada Anak Usia Sekolah dan Penanganannya
4.1 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak. Selanjutnya akan dibahas tentang permasalahan kesehatan anak usia sekolah di antaranya adalah penyakit menular, penyakit non infeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan dan perilaku.
4.1.1 Gangguan Pertumbuhan.
Gangguan pertumbuhan, tetapi merupakan terminologi yang dipakai untuk menyatakan masalah khusus. Istilah gagal tumbuh dipakai untuk menyatakan adanya kegagalan bertumbuh atau lebih khusus adalah kegagalan mendapatkan kenaikan berat badan meskipun pada kasus tertentu juga disertai terjadi gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kepala dibandingkan anak lainnya yang seusia atau sama jenis kelaminnya. Berbagai kelainan yang mengganggu fungsi dan organ tubuh dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Berbagai kelainan tersebut meliputi gangguan metabolisme tubuh, gangguan hormonal, kelainan kromosom, kelainan darah dan sebagainya dapat mengganggu secara langsung pertumbuhan anak.
Penyebab yang paling sering adalah karena ketidaknormalan pada sistem saluran cerna, diantaranya adalah malbsorbsi (gangguan penyerapan) atau gangguan ensim pencernaan yang menyebabkan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
4.1.2 Gangguan Perkembangan dan Perilaku Anak Sekolah
Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sangat luas dan bervariasi. Gangguan yang dapat terjadi pada anak sekolah adalah gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan bicara, gangguan emosi, hiperaktif, ADHD hingga Autism.
1. Penolakan Sekolah (School Refusal)
Penolakan sekolah atau fobia sekolah dan sering disebut mogok sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul ataupun hilang ketika masa keberangkatan sudah lewat, hari Minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru ataupun ketika ia menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
2. Gangguan Belajar
Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata, melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar merupakan suatu kesulitan belajar.
Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahlian tertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dan sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan belajar tertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dari Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM - IV ).
Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu :
a) Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa
Problem wicara & bahasa seringkali merupakan indikator awal adanya kesulitan belajar pada seorang anak. Gangguan berbahasa pada anak usia balita berupa keterlambatan komunikasi baik verbal ( berbicara ) maupun non-verbal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun belum dapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anak mengalami keterlambatan perkembangan wicara-bahasa. Anak dengan Gangguan Perkembangan Bicara & Bahasa dapat mengalami kesulitan untuk memproduksi suara huruf/kata tertentu, kesulitan menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapi pemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata “ anak saya mengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bisa berbicara. Gangguan memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain, walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapat meniru kata-kata tanpa mengerti artinya ( membeo ).
b) Gangguan Kemampuan Akademik (Academic Skills Disorders)
Terdapat 4 jenis gangguan kemampuan akademik yang sering dikeluhkan oleh orang tua, diantaranya adalah :
1. Gangguan Membaca
Anak yang mengalami Gangguan Membaca menunjukkan adanya ;Inakurasi dalam membaca, seperti ;Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur. Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll. Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa dll. Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa. Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.
2. Disleksia
Disleksia adalah gangguan perkembangan berupa kesulitan dalam perolehan bahasa-tertulis atau membaca dan menulis. Penyebabnya adalah gangguan dalam asosiasi daya ingat dan pemrosesan di sentral yang semuanya adalah gangguan fungsi otak.
3. Gangguan Menulis Ekspresif
Kondisi ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.


4. Gangguan Berhitung (Diskalkulia)
Diskalkulia adalah gangguan belajar yang mengakibatkan gangguan dalam berhitung. Kelainan berhitung ini meliputi kemampuan menghitung sangat rendah, tidak mempunyai pengertian bilangan, bermasalahan dalam bahasa berhitung, tidak bisa mengerjakan simbol-simbol hitungan, dan ganguan berhitungh lainnya. Bisa karena kelainan genetik atau karena gangguan mekanisme kerja di otak. Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah : kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka, kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan, kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi, Inakurasi dalam komputasi, selalu membuat kesalahan hitungan yang sama dll.
4.1.3 Gangguan Tidur
Pada usia pra sekolah gangguan tidur ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah (bolak balik posisi badannya), kadang dalam keadaan tidur sering mengigau, menangis dan berteriak. Posisi tidurpun sering berpindah dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Tengah malam sering terjaga tidurnya hingga pagi hari, tiba-tiba duduk kemudian tidur lagi, brushing (gigi saling beradu/gemeretak).
Pada anak usia sekolah, remaja dan dewasa biasanya ditandai dengan mimpi buruk pada malam hari. Mimpi buruk yang tersering dialami adalah mimpi yang menyeramkan seperti didatangi orang yang sudah meninggal atau bertemu binatang yang menakutkan seperti ular. Kesulitan memulai tidur biasanya terjadi periode awal tidur atau berjalan saat tidur.

4.1.4 Hiperkinetik Atau Gangguan Motorik Berlebihan
Anak tampak tidak mau diam dan tidak bisa duduk lama. Bergerak terus tak tentu arah tujuannya. Kadang disertai kebiasaan menjatuhkan badan secara keras ke tempat tidur (smack down). Kebiasaan lainnya adalah senang melompat-lompat dan memanjat. Tangan dan kaki sering bergerak terus bila duduk.
4.1.5 Gangguan koordinasi dan keseimbangan.
Gangguan ini ditandai oleh aktifitas berjalan seperti terburu-buru atau cepat sehingga kemampuan berjalan terlambat. Bila berjalan sering jatuh, atau menabrak benda di sekitarnya. Gangguan lainnya adalah bila berjalan jinjit atau bila duduk bersimpuh posisi kaki ke belakang seperti huruf W.
4.1.6 Gangguan konsentrasi atau gangguan pemusatan perhatian.
Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian, sering bosan terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan. Anak tampak tidak bisa duduk lama di kursi. Di kelas tidak dapat tenang menerima pelajaran , sering mengobrol, mengganggu teman dll, bila mendapat mendengar cerita tidak bisa mendengar atau mengikuti dalam waktu lama. Sering tampak bengong atau melamun.
Meskipun tampak tidak memperhatikan bila berkomunikasi tetapi anak dapat merespon komunikasi itu dengan baik dan cepat. Misalnya saat di kelas anak mengobrol atau bercanda dengan teman di dekatnya dan tidak memperhatikan guru. Tapi bila ditanya guru anak dapat menjawab dengan baik pertanyaan tersebut. Kecuali bila melihat televisi, anak dapat bertahan lama bahkan sampai berjam-jam. Kalau membaca komik bisa bertahan lama tetapi bila relajar tidak bisa lama.
4.1.7 Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
4.1.8 Gangguan emosi dan agresif.
Gangguan emosi pada anak usia sekolah ditandai anak tampak mudah marah, gampang berteriak, bila marah sering histeris, melempar benda yang dipegang hingga temper tantrum. Penampilan fisik lainnya adalah meninju, membanting pintu, mengkritik, merengek, memaki, menyumpah, memukul kakak/adik atau temannya, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja. Gangguan emosi biasanya disertai dengan sikap agresif.
Pada anak pra sekolah biasanya ditandai dengan kebiasaan memukul dengan tangan dan tongkat pada benda di sekitarnya. Selain itu juga disertai dengan kebiasaan mencakar dan mencubit orang lain. Bila bermain tampak anak terdapat kecenderungan mendorong temannya hingga jatuh. Kebiasaan lainnya adalah melempar mainan atau benda yang dipegang secara berlebihan.
4.1.9 Gangguan depresi
Seorang anak yang mengalami Gangguan Depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti, Perasaan sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, merasa rendah diri, sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan, merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas. Anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengan demikian akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.
4.1.10 Autism
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Pada umumnya penderita autism mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
4.1.11 ADHD
Sejak dua puluh tahun terakhir Gangguan Pemusatan Perhatian ini sering disebut sebagai ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders. ADHD memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Gangguan ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannyapada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsive. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
4.2 Permasalahan Perilaku Kesehatan
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah atau SD biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri.
4.2.1 Penyakit menular pada anak sekolah
Penyakit yang cukup mengganggu dan berpotensi mengakibatkan keadaan bahaya hingga mengancam jiwa adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah adalah merupakan tempat yang paling penting sebagai sumber penularan penyakit infeksi pada anak sekolah. Infeksi menular yang dapat menular di lingkungan sekolah adalah: Demam Berdarah Dengue, Infeksi Tangan Mulut, Campak, Rubela (campak jerman), Cacar Air, Gondong dan infeksi mata (Konjungtivitis Virus).
Penularannya sangat cepat diantara usia anak melalui sentuhan dengan air hidung atau mulut, kencing, ataupun pengeluaran. virus masuk melalui rongga mulut dan saluran cerna.


4.2.2 Alergi pada anak sekolah
Alergi pada anak usia sekolah dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi.
4.2.3 Infeksi parasit cacing
Penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD. Dari penelitian didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%.
4.3 Imunisasi Anak Usia Sekolah
Menurut Program Pengembangan Imunisasi yang direkomendasikan Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi wajib yang harus diberikan untuk anak usia sekolah adalah DPT dan Polio untuk anak kelas 1 SD, DT dan TT untuk anak kelas VI dan polio ulang saat anak usia 16 tahun dan imunisasi campak ulang pada kelas 1 bila belum mendapatklan imunisasi MMR. Bila sebelum usia sekolah belum melakukan imunisasi, program imunisasi yang tidak wajib tetapi dianjurkan adalah imunisasi tifus, influenza, pneumokok, hepatitis A, MMR dan cacar air.

4.4 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah.
Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, Usaha keasehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting School ( Sekolah yang mempromosikan kesehatan ).

DAFTAR PUSTAKA
http://www.yayasanamalia.org/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=5
http://www.scribd.com/doc/24590505/Tumbuh-Kembang-Anak-Usia-Sekolah

























Lampiran

Pertanyaan :
1. Maksud dari perubahan facial ??
Jawaban:
- Gigi susu mulai tanggal
- Pertumbuhan otak tengkorak lebih melambat
- Gigi tampak teralu besar bagi wajah
2. Apa yang dimaksud dengan konsep konservasi?
Jawaban : adalah memutarbalikkan angka sebagai dasar untuk masalah matematika sederhana. Anak belajar bahwa objek-objek tertentu di lingkungan tidak mudah berubah dengan melakukan perubahan letak benda dalam ruang dan mereka mampu menolak isyarat persepsi yang menunjukkan perubahan dalam bentuk fisik objek. Sebagai contoh mereka tidak lagi menganggap gelas air yang tinggi dan ramping mengandung volume air yang lebih banyak dibandingkan gelas yang pendek dan lebar.
3. Apa itu disleksia ?
Jawaban :
Adalah gangguan perkembangan berupa kesulitan dalam perolehan bahasa tertulis atau membaca dan menulis. Penyebabnya adalah gangguan dalam asosiasi daya ingat dan pemrosesan disentral yang semuanya adalah gangguan fungsi otak.
4. Apa yang dimaksud dengan perasan industry dan inferior?
Jawaban: kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of industry). Perasaan inferior atau rendah diri akan berkembang apabila anak tidak dapat memenuhi tuntutan dari lingkungan.
5. Nutrisi seperti apa yang dibutuhkan oleh anak-anak pada usia sekolah ini ?
Jawaban : nutrisi pada anak sekolah tidak jauh berbeda dengan orang dewasa yaitu 4 sehat 5 sempurna. Mengingatkan pada anak dan pemberi asuh mereka untuk membatasi makan siap saji yang tidak bergizi. Memberikan pengertian agar anak dapat mbedakan makanan yang bergizi dan yang tidak bergizi.


6. Gangguan yang mempengaruhi perubahan perilaku ?
Jawaban : Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa
Gangguan Kemampuan Akademik (Academic Skills Disorders)
Gangguan Membaca
- Disleksia
- Gangguan Menulis Ekspresif
- Gangguan Berhitung (Diskalkulia)
7. Jam tidur pada anak sekolah
Jawaban : pada anak sekolah lama tidur adalah 8-9,5 jam tiap hari































KEPERAWATAN ANAK I
ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)



Kelompok 5 :
1. Aninthiasari (200802007)
2. Christine Yunita Santoso (200802012)
3. Dian Kusuma Ningrum (200802015)
4. Enthry Diantoro (200802018)
5. Fx Galih Rosario (200802022)
6. Maria Angela Ni Wayan Hilda (200802032)
7. Maria Florinda Peni K (200802035)
8. Melania Putu Dian Asri Aditya (200802039)
9. Teresia Sitriati (200802053)
10. Yohanista Consita (200802057)

Stikes Katolik St.Vincentius A Paulo
Surabaya
2010





1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Pertumbuhan adalah suatu proses alami yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap anak akan semakin bertambah berat dan tinggi.
Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses belajar dari lingkungannya.
1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:
1.1.1 Faktor herediter
Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan adalah jenis kelamin, ras dan kebangsaan. Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan dan setelah lahir, anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan. Hal ini bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal mengalami masa prapubertas sehingga anak perempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi, begitu anak laki-laki memasuki masa pubertas, mereka akan berubah lebih tinggi dan besar daripada anak perempuan.
Ras atau suku bangsa dapat juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya: Suku Asmat di Irian Jaya secara turun temurun berkulit hitam, Bangsa Asia cenderung pendek dan kecil sedangkan Bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan besar.

1.1.2 Faktor lingkungan
• Lingkungan prenatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
• Pengaruh budaya dan lingkungan
Pola perilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya,misalnya ada beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan janin. Begitu juga kenyakinan untuk melahirkan dengan meminta pertolongan petugas kesehatan di sarana kesehatan atau tetap memilih dukun beranak, dilandasi oleh nilai budaya yang dimiliki. Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan pola asuh keluarga yang juga dilandasi oleh nilai budaya yang ada di masyarakat.
• Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat pertunbuhan dan perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan usianya.
• Nutrisi
Asupan nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk pula bagi kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang berelebihan dalam sel atau jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak sakit, pertumbuhan dan perkembangan juga terganggu.
• Iklim atau cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak, seperti pada musim penghujan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan memyebabkan sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahkan timbul berbagai penyakit menular, seperti diare dan penyakit kulit, yang dapat mengancam semua orang termasuk bayi dan anak-anak.
• Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikososial anak. Secara fisik, manfaat olahraga atau latihan yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Olahraga juga akan meningkatkan aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel. Secara psikososial, anak akan berinteraksi dengan teman sepermainan dan mengenal aturan yang berlaku serta belajar menaatinya untuk tujuan bersama. Selain itu, membantu anak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama teman.

1.1.3 Faktor internal
• Kecerdasan
Kecerdasan dimiliki anak sejak lahir. Anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
• Pengaruh hormonal
Ada 3 hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:
 Hormon somatotropik(growth hormone) terutama digunakan selama masa kanak-kanak yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Apabila kelebihan, akan menyebabkan gigantisme yaitu anak tumbuh sangat tinggi dan besar, dan apabila kekurangan, menyebabkan dwarfism atau kerdil.
 Hormon tiroid menstimulasi metabolism tubuh.
 Hormon gonadotropik menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis untuk memproduksi testosterone dan ovarium untuk memproduksi estrogen.
• Pengaruh emosi
Orang tua adalah model peran bagi anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Apabila orang tua memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk menirukan perilaku orang tua tersebut. Anak belajar mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan perilaku emosional karena maturasi atau pematangan kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan keluarganya.

1.2 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu:
• Perkembangan menimbulkan perubahan
• Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
• Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
• Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
• Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
• Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

2. Pengertian Anak Usia Sekolah.
Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut. Periode usia pertengahan ini sering kali disebut usia sekolah atau masa sekolah.
Periode ini dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa anak-anak, dan menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga.
Secara fisiologis, usia sekolah dimulai dengan tanggalnya gigi susu pertama dan diakhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir. Selama usia 5-6 tahun sebelumnya, anak mengalami kemajuan, dari bayi yang tidak berdaya menjadi individu yang kuat dan kompleks dengan kemampuan berkomunikasi, membentuk konsep yang terbatas, dan mulai terlibat dalam perilaku social dan motorik yang kompleks.
Pada tahap ini terjadi perkembangan fisik, mental, dan social yang kontinu, disertai penekanan pada perkembangan kompetensi ketrampilan. Pada tahap ini, kerja sama social dan moral dini lebih penting dan relevan dengan tahap-tahap perkembangan berikutnya. Periode ini merupakan periode kritis dalam perkembangan konsep diri.


3. Tahapan Perkembangan Anak Usia Sekolah.
3.1 Perkembangan Biologis
Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, bertambah 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg; tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg. Perbedaan ukuran anak perempuan dan laki-laki pada periode ini sangat tinggi, walaupun anak laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan kadang-kadang lebih berat daripada anak perempuan.

3.1.1 Perubahan proporsional.
Anak-anak usia sekolah lebih anggun daripada saat mereka usia prasekolah, dan mereka dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi tubuh mereka tampak lebih ramping, dengan kaki yang lebih panjang, proporsi tubuh bervariasi, dan pusat gaya berat mereka lebih rendah. Postur lebih tinggi dibandingkan usia prasekolah untuk memfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan dan tubuh. Proporsi tubuh ini memudahkan aktivitas anak seperti memanjat, mengendarai sepeda, dan melakukan aktivitas lainnya. Lemak berkurang secara bertahap, dan pola distribusi lemak berubah, menyebabkan penampakan tubuh anak yang lebuh ramping selama tahun-tahun pertengahan.
Perubahan yang paling nyata dan dapat menjadi indikasi terbaik peningkatan kematangan pada anak-anak adalah penurunan lingkar kepala dalam hubungannya terhadap tinggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar pinggang dalam hubungnnya dengan tinggi badan dan peningkatan panjang tungkai dalam hubungannya dengan tinggi badan
3.1.2 Perubahan facial.
 Gigi susu mulai tanggal,memiliki 10-11 gigi permanen pada usia 8 tahun dan kira-kira 26 gigi permanen saat usia 12 tahun.
 Pertumbuhan otak tengkorak lebih melambat.
 Ugly Ducking Stage: gigi tampak terlalu besar bagi wajah.

3.1.4 Kematangan Sistem
Gastrointestinal:
 Jarang mengalami gangguan.
 Dapat memepertahankan kadar gula denga baik.
 Kapasitas lambung meningkat. Dan terjad retensi makanan lebih lama.
Eliminasi:
 Kapasitas vesica urinaria bertambah.
 Jumlah produksi urine tergantuntg pada suhu, kelemababan, dan intake
cairan.
Kardiovaskuler:
 Tumbuh paling lambat daripada organ yang lain sehingga apabila jika olah
raga terlalu berat akan mengganggu pertumbuhan.
Imunitas:
 Lebih baik dalam melokalisir infeksi dan memproduksi antigen dan antibody.
Muskuloskeletal:
 Proses osifikasi terus terjadi tapi tidak diikuti dengan mineralisasi sehingga tulang menjadi rapuh (peka terhadap tekanan maupun tarikan ) untuk itu postur tubuh harus tetap dijaga : contoh tidak membawa beban terlalu berat, tidak memakai sepatu yang terlalu kecil, dan posisi duduk harus tegak.

3.1.5 Perkembangan motorik kasar.
 Pada usia 7-10 tahun.
Aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali ketrampilan kognitif dan kesadaran secara bertahap terjadi peningkatan irama, kehalusan dan keanggunan gerakan otot, mengalami minat dalam penyempurnaan fisik.Kekuatan daya ingat meningkat.
 Pada usia 10-12 tahun.
Terjadi peningkatan energy, peningaktan arah, dan kendali dalam kemampuan fisik.

3.1.6 Perkembangan motorik halus.
 Terjadi peningkatan ketrampilan motorik halus karena meningkatnya melinisasi system saraf.
 Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan.
 Dapat menulis daripada mengucapkan kata-kata saat usia 8 tahun.
 Menunjukan peningkatan kemampuan motorik halus sepeti usia dewasa saat usia 12 tahun.
 Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu dan ketrampilan khusus seperti menjahit membuat model dan bermain alat musik.
3.1.7 Prepubertas
Praremaja adalah periode yang dimulai menjelang akhir masa kanak-kanak pertengahan dan berakhir pada hari ulang tahun ke 13. Sejak pubertas menandai dimulainya perkembangan karakteristik seks sekunder, prapubertas, periode 2 tahun yang mendahului pubertas, biasanya terjadi selama praremaja.
Tidak ada usia universal saat anak mendapatkan karakteristik prapubertas. Tanda fisiologi pertama muncul kira-kira pada usia 9 tahun (pada anak perempuan) dan biasanya tampak jelas pada usia 11-12 tahun. Umumnya, usia paling awal dimulainya pubertas adalah 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak laki-laki, walaupun terdapat peningkatan jumlah anak perempuan yang mencapai masa pubertas di usia 9 tahun. Usia pubertas rata-rata adalah 12 tahun pada perempuan dan 14 tahun pada laki-laki. Anak laki-laki menunjukkan sedikit kematangan seksual yang dapat dilihat selama masa praremaja.
3.2 Perkembangan Kognitif (Piaget)
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh kemampuan untuk menghubungkan kejadian untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan mental anak yang dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini di istilahkan sebagai operasional concret oleh Piaget, Ketika anak manpu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan.
Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual). Kemampuan anak meningkat dalam menguasai simbol-simbol dan untuk menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu mereka untuk mengevaluasi dan mengenterpretasi masa kini.
Salah satu tugas kognitif utama anak usia sekolah adalah mengusai konsep-konsep konservasi. Pada usia awal anak memahami konsep memutarbalikkan angka sebagai dasar untuk masalah matematika sederhana. Anak belajar bahwa objek-objek tertentu di lingkungan tidak mudah berubah dengan melakukan perubahan letak benda dalam ruang dan mereka mampu menolak isyarat persepsi yang menunjukkan perubahan dalam bentuk fisik objek. Sebagai contoh mereka tidak lagi menganggap gelas air yang tinggi dan ramping mengandung volume air yang lebih banyak dibandingkan gelas yang pendek dan lebar.
Anak-anak usia sekolah juga mengembangkan keterampilan mengklasifikasikan. Mereka dapat mengelompokkan dan memisahkan benda-benda menurut kesamaan atribut, meletakkan sesuatu dalam susun an yang pantas dan logis, dan dalam melakukan hal ini, anak memiliki konsep dalam pikirannya sambil membuat keputusan berdasarkan konsep tersebut.
Keterampilan yang paling penting, yaitu kemampuan membaca, diperoleh selama tahun-tahun sekolah dan menjadi alat yang paling berharga untuk menyelidiki kemandirian anak.

3.3 Perkembangan Moral (Kohlberg)
Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Walaupun anak usia 6-7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang diharapkan dari mereka, mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan hukuman mengarahkan penilaian mereka, suatu “tindakan yang buruk” adalah yang melanggar peraturan atau membahayakan. Anak kecil dapat mempercayai bahwa apa yang orang lain katakan pada mereka pikirkan adalah salah. Oleh karena itu, anak usia 6-7 tahun kemungkinan menginterpretasikan kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman kesalahan atau akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak. Untuk anak yang lebih besar, pelanggaran peraturan cenderung dilihat dalam kaitannya dengan konteks total penampakannya ; reaksi dipengaruhi oleh kondisi dan moralitas peraturan itu sendiri. Mereka mampu memahami dan menerima konsep memperlakukan orang lain seperti bagaimana mereka ingin diperlakukan.
3.4 Perkembangan Spiritual
Anak-anak dalam usia ini berpikir dalam batasan yang cukup konkret tetapi merupakan pelajar yang cukup baik dan memiliki kemauan besar mempelajari Tuhan. Mereka sangat tertarik pada konsep neraka dan surga, dan dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berperilaku. Sering kali anak menggambarkan penyakit atau cedera sebagai hukuman karena kelakuan buruk yang nyata maupun kelakuan buruk dalam imajinasi anak.
Anak usia sekolah mulai belajar untuk membedakan antara natural dan supernatural tetapi mengalami kesulitan memahami simbol-simbol. Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada anak dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan ritual agama lainnya, dan jika aktivitas ini merupakan bagian kegiatan sehari-hari anak, hal ini dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi yang mengancam. Walaupun anak yang lebih muda berharap doanya segera dijawab, saat dewasa, mereka menyadari bahwa doa mereka tidak selalu dijawab. Mereka mampu mendiskusikan perasaan mereka tentang keimanan dan bagaiamana hubungannya dengan kehidupan mereka.

3.5 Perkembangan Psikososial
A. Menurut tinjauan Erikson
1. Erikson menyatakan krisis psikologis yang dihadapi anak pada usia 6-12 tahun sebagai “industry versus inferioritas”.
a. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.
b. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi dan inisiatif).
c. Perasaan industry berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
d. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis. Ketika anak tidak merasa adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
2. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan
3. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi dan kerja sama untuk mencapai tujuan.

B. Rasa takut dan stressor
1. Rasa takut yang sering terjadi :
a. Gagal di sekolah
b. Gertakan
c. Guru yang mengintimidasi
d. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
2. Stressor yang sering terjadi :
a. Stressor untuk anak sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan, membuat keputusan, membutuhkan ijin / persetujuan, kesepian, kemandirian dan lawan jenis.
b. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar, yaitu kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetisi, tekanan dari teman sebaya dan keinginan untuk memakai obat-obatan.
3. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi overprotektif
C. Sosialisasi
1. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan dan kegiatan yang memiliki tujuan
2. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
3. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
D. Bermain dan mainan
1. Bermain menjadi lebih kompetitif dan kompleks selama periode usia sekolah
2. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, pramuka atau organisasi lain dan membaca
3. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan permainan.
4. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan meliputi :
a. Music dan seni
b. Kegiatan olahraga, misal berenang
c. Buku dan kerajinan tangan
d. Permainan kartu
E. Disiplin
1. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan membutuhkan sedikit pengarahan dari luar.
2. Tanggung jawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga.
3. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan.
3.6 Perkembangan Psikoseksual
A. Tinjauan menurut Freud
1. Periode latensi, yang terjadi dari usia 5-12 tahun, menunjukkan tahap yang relatif tidak memperhatikan masalah seksual sebelum masa pubertas dan remaja.
2. Selama periode ini, perkembangan harga diri berkaitan erat dengan perkembangan ketrampilan untuk menghasilkan konsep nilai dan menghargai seseorang
B. Perkembangan seksual
1. Masa akhir praremaja dimulai pada akhir usia sekolah. Perbedaan pertumbuhan dan kematangan gender pada masa ini semakin terlihat nyata.
2. Pada tahap awal usia sekolah, anak memperoleh lebih banyak pengetahuan dan sikap mengenai seks.
3. Pertanyaan mengenai seks harus dijawab dengan jujur yang berdasarkan tingkat pemahaman anak.

3.7 Peningkatan Kesejahteraan
3.7.1 Menganjurkan keluarga untuk mengikuti rekomendasi untuk kunjungan perawatan anak sehat, imunisasi dan keamanan.
3.7.2 Nutrisi
1. Menganjurkan pola makan yang sehat
2. Mengingatkan pada anak dan pemberi asuh mereka untuk membatasi makan siap saji yang tidak bergizi
3. Member penyuluhan tentang dasar-dasar piramida makanan dan bantu anak membedakan makanan yang bergizi dan yang tidak bergizi
3.7.3 Tidur
Menganjurkan keluarga untuk membuat kesepakatan waktu tidur dan memberikan keleluasaan pada malam hari pada saat liburan
3.7.4 Pertumbuhan dan perkembangan
1. Membantu perkembangan perasaan mampu (industri) denagn mendorong ketrampilan anak di sekolah, oalahraga dan bermain.
2. Konseling keluarga mengenai tindakan keamanan untuk anak yang ditinggalkan kedua orang tua mereka bekerja
3. Menganjurkan orang tua untuk membatasi waktu menonton tv keluarga.
3.7.5 Keluarga
1. Menganjurkan komunikasi terbuka.
2. Mengembangkan tanggung jawab dengan tugas-tugas dan keterikatan pada peraturan dan jadwal keluarga.
3. Anak mempelajari untuk menerima konsekuensi dari tindakannya sendiri.
4. Menganjurkan orang tua untuk mengetahui teman kelompok bermain anak. Teman sebaya itu penting, tetpai anak akan kembali kepada keluarga untuk mendapat dukungan dan persetujuan.
3.7.6 Kesehatan
Meningkatkan perawatan diri dan kebersihan juga memantau anak terhadap masalah perilaku.
3.7.7 Bimbingan antisipasi
Mengajarkan anak tentang pubertas dan semua perubahan emosi serta fisik, obat-obatan, alcohol, tembakau dan pendidikan seks.





4. Bentuk Permasalahan yang Terjadi pada Anak Usia Sekolah dan Penanganannya
4.1 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak. Selanjutnya akan dibahas tentang permasalahan kesehatan anak usia sekolah di antaranya adalah penyakit menular, penyakit non infeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan dan perilaku.
4.1.1 Gangguan Pertumbuhan.
Gangguan pertumbuhan, tetapi merupakan terminologi yang dipakai untuk menyatakan masalah khusus. Istilah gagal tumbuh dipakai untuk menyatakan adanya kegagalan bertumbuh atau lebih khusus adalah kegagalan mendapatkan kenaikan berat badan meskipun pada kasus tertentu juga disertai terjadi gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kepala dibandingkan anak lainnya yang seusia atau sama jenis kelaminnya. Berbagai kelainan yang mengganggu fungsi dan organ tubuh dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Berbagai kelainan tersebut meliputi gangguan metabolisme tubuh, gangguan hormonal, kelainan kromosom, kelainan darah dan sebagainya dapat mengganggu secara langsung pertumbuhan anak.
Penyebab yang paling sering adalah karena ketidaknormalan pada sistem saluran cerna, diantaranya adalah malbsorbsi (gangguan penyerapan) atau gangguan ensim pencernaan yang menyebabkan masukan nutrisi yang tidak adekuat.
4.1.2 Gangguan Perkembangan dan Perilaku Anak Sekolah
Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sangat luas dan bervariasi. Gangguan yang dapat terjadi pada anak sekolah adalah gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan bicara, gangguan emosi, hiperaktif, ADHD hingga Autism.
1. Penolakan Sekolah (School Refusal)
Penolakan sekolah atau fobia sekolah dan sering disebut mogok sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul ataupun hilang ketika masa keberangkatan sudah lewat, hari Minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru ataupun ketika ia menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
2. Gangguan Belajar
Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata, melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar merupakan suatu kesulitan belajar.
Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahlian tertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dan sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan belajar tertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dari Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM - IV ).
Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu :
a) Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa
Problem wicara & bahasa seringkali merupakan indikator awal adanya kesulitan belajar pada seorang anak. Gangguan berbahasa pada anak usia balita berupa keterlambatan komunikasi baik verbal ( berbicara ) maupun non-verbal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun belum dapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anak mengalami keterlambatan perkembangan wicara-bahasa. Anak dengan Gangguan Perkembangan Bicara & Bahasa dapat mengalami kesulitan untuk memproduksi suara huruf/kata tertentu, kesulitan menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapi pemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata “ anak saya mengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bisa berbicara. Gangguan memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain, walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapat meniru kata-kata tanpa mengerti artinya ( membeo ).
b) Gangguan Kemampuan Akademik (Academic Skills Disorders)
Terdapat 4 jenis gangguan kemampuan akademik yang sering dikeluhkan oleh orang tua, diantaranya adalah :
1. Gangguan Membaca
Anak yang mengalami Gangguan Membaca menunjukkan adanya ;Inakurasi dalam membaca, seperti ;Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur. Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll. Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa dll. Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa. Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.
2. Disleksia
Disleksia adalah gangguan perkembangan berupa kesulitan dalam perolehan bahasa-tertulis atau membaca dan menulis. Penyebabnya adalah gangguan dalam asosiasi daya ingat dan pemrosesan di sentral yang semuanya adalah gangguan fungsi otak.
3. Gangguan Menulis Ekspresif
Kondisi ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.


4. Gangguan Berhitung (Diskalkulia)
Diskalkulia adalah gangguan belajar yang mengakibatkan gangguan dalam berhitung. Kelainan berhitung ini meliputi kemampuan menghitung sangat rendah, tidak mempunyai pengertian bilangan, bermasalahan dalam bahasa berhitung, tidak bisa mengerjakan simbol-simbol hitungan, dan ganguan berhitungh lainnya. Bisa karena kelainan genetik atau karena gangguan mekanisme kerja di otak. Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah : kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka, kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan, kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi, Inakurasi dalam komputasi, selalu membuat kesalahan hitungan yang sama dll.
4.1.3 Gangguan Tidur
Pada usia pra sekolah gangguan tidur ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah (bolak balik posisi badannya), kadang dalam keadaan tidur sering mengigau, menangis dan berteriak. Posisi tidurpun sering berpindah dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Tengah malam sering terjaga tidurnya hingga pagi hari, tiba-tiba duduk kemudian tidur lagi, brushing (gigi saling beradu/gemeretak).
Pada anak usia sekolah, remaja dan dewasa biasanya ditandai dengan mimpi buruk pada malam hari. Mimpi buruk yang tersering dialami adalah mimpi yang menyeramkan seperti didatangi orang yang sudah meninggal atau bertemu binatang yang menakutkan seperti ular. Kesulitan memulai tidur biasanya terjadi periode awal tidur atau berjalan saat tidur.

4.1.4 Hiperkinetik Atau Gangguan Motorik Berlebihan
Anak tampak tidak mau diam dan tidak bisa duduk lama. Bergerak terus tak tentu arah tujuannya. Kadang disertai kebiasaan menjatuhkan badan secara keras ke tempat tidur (smack down). Kebiasaan lainnya adalah senang melompat-lompat dan memanjat. Tangan dan kaki sering bergerak terus bila duduk.
4.1.5 Gangguan koordinasi dan keseimbangan.
Gangguan ini ditandai oleh aktifitas berjalan seperti terburu-buru atau cepat sehingga kemampuan berjalan terlambat. Bila berjalan sering jatuh, atau menabrak benda di sekitarnya. Gangguan lainnya adalah bila berjalan jinjit atau bila duduk bersimpuh posisi kaki ke belakang seperti huruf W.
4.1.6 Gangguan konsentrasi atau gangguan pemusatan perhatian.
Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian, sering bosan terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan. Anak tampak tidak bisa duduk lama di kursi. Di kelas tidak dapat tenang menerima pelajaran , sering mengobrol, mengganggu teman dll, bila mendapat mendengar cerita tidak bisa mendengar atau mengikuti dalam waktu lama. Sering tampak bengong atau melamun.
Meskipun tampak tidak memperhatikan bila berkomunikasi tetapi anak dapat merespon komunikasi itu dengan baik dan cepat. Misalnya saat di kelas anak mengobrol atau bercanda dengan teman di dekatnya dan tidak memperhatikan guru. Tapi bila ditanya guru anak dapat menjawab dengan baik pertanyaan tersebut. Kecuali bila melihat televisi, anak dapat bertahan lama bahkan sampai berjam-jam. Kalau membaca komik bisa bertahan lama tetapi bila relajar tidak bisa lama.
4.1.7 Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
4.1.8 Gangguan emosi dan agresif.
Gangguan emosi pada anak usia sekolah ditandai anak tampak mudah marah, gampang berteriak, bila marah sering histeris, melempar benda yang dipegang hingga temper tantrum. Penampilan fisik lainnya adalah meninju, membanting pintu, mengkritik, merengek, memaki, menyumpah, memukul kakak/adik atau temannya, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja. Gangguan emosi biasanya disertai dengan sikap agresif.
Pada anak pra sekolah biasanya ditandai dengan kebiasaan memukul dengan tangan dan tongkat pada benda di sekitarnya. Selain itu juga disertai dengan kebiasaan mencakar dan mencubit orang lain. Bila bermain tampak anak terdapat kecenderungan mendorong temannya hingga jatuh. Kebiasaan lainnya adalah melempar mainan atau benda yang dipegang secara berlebihan.
4.1.9 Gangguan depresi
Seorang anak yang mengalami Gangguan Depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti, Perasaan sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, merasa rendah diri, sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan, merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas. Anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengan demikian akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.
4.1.10 Autism
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Pada umumnya penderita autism mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
4.1.11 ADHD
Sejak dua puluh tahun terakhir Gangguan Pemusatan Perhatian ini sering disebut sebagai ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders. ADHD memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Gangguan ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannyapada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsive. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
4.2 Permasalahan Perilaku Kesehatan
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah atau SD biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri.
4.2.1 Penyakit menular pada anak sekolah
Penyakit yang cukup mengganggu dan berpotensi mengakibatkan keadaan bahaya hingga mengancam jiwa adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah adalah merupakan tempat yang paling penting sebagai sumber penularan penyakit infeksi pada anak sekolah. Infeksi menular yang dapat menular di lingkungan sekolah adalah: Demam Berdarah Dengue, Infeksi Tangan Mulut, Campak, Rubela (campak jerman), Cacar Air, Gondong dan infeksi mata (Konjungtivitis Virus).
Penularannya sangat cepat diantara usia anak melalui sentuhan dengan air hidung atau mulut, kencing, ataupun pengeluaran. virus masuk melalui rongga mulut dan saluran cerna.


4.2.2 Alergi pada anak sekolah
Alergi pada anak usia sekolah dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi.
4.2.3 Infeksi parasit cacing
Penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD. Dari penelitian didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%.
4.3 Imunisasi Anak Usia Sekolah
Menurut Program Pengembangan Imunisasi yang direkomendasikan Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi wajib yang harus diberikan untuk anak usia sekolah adalah DPT dan Polio untuk anak kelas 1 SD, DT dan TT untuk anak kelas VI dan polio ulang saat anak usia 16 tahun dan imunisasi campak ulang pada kelas 1 bila belum mendapatklan imunisasi MMR. Bila sebelum usia sekolah belum melakukan imunisasi, program imunisasi yang tidak wajib tetapi dianjurkan adalah imunisasi tifus, influenza, pneumokok, hepatitis A, MMR dan cacar air.

4.4 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah.
Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, Usaha keasehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting School ( Sekolah yang mempromosikan kesehatan ).

DAFTAR PUSTAKA
http://www.yayasanamalia.org/index.php?option=com_content&task=view&id=62&Itemid=5
http://www.scribd.com/doc/24590505/Tumbuh-Kembang-Anak-Usia-Sekolah

























Lampiran

Pertanyaan :
1. Maksud dari perubahan facial ??
Jawaban:
- Gigi susu mulai tanggal
- Pertumbuhan otak tengkorak lebih melambat
- Gigi tampak teralu besar bagi wajah
2. Apa yang dimaksud dengan konsep konservasi?
Jawaban : adalah memutarbalikkan angka sebagai dasar untuk masalah matematika sederhana. Anak belajar bahwa objek-objek tertentu di lingkungan tidak mudah berubah dengan melakukan perubahan letak benda dalam ruang dan mereka mampu menolak isyarat persepsi yang menunjukkan perubahan dalam bentuk fisik objek. Sebagai contoh mereka tidak lagi menganggap gelas air yang tinggi dan ramping mengandung volume air yang lebih banyak dibandingkan gelas yang pendek dan lebar.
3. Apa itu disleksia ?
Jawaban :
Adalah gangguan perkembangan berupa kesulitan dalam perolehan bahasa tertulis atau membaca dan menulis. Penyebabnya adalah gangguan dalam asosiasi daya ingat dan pemrosesan disentral yang semuanya adalah gangguan fungsi otak.
4. Apa yang dimaksud dengan perasan industry dan inferior?
Jawaban: kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of industry). Perasaan inferior atau rendah diri akan berkembang apabila anak tidak dapat memenuhi tuntutan dari lingkungan.
5. Nutrisi seperti apa yang dibutuhkan oleh anak-anak pada usia sekolah ini ?
Jawaban : nutrisi pada anak sekolah tidak jauh berbeda dengan orang dewasa yaitu 4 sehat 5 sempurna. Mengingatkan pada anak dan pemberi asuh mereka untuk membatasi makan siap saji yang tidak bergizi. Memberikan pengertian agar anak dapat mbedakan makanan yang bergizi dan yang tidak bergizi.


6. Gangguan yang mempengaruhi perubahan perilaku ?
Jawaban : Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa
Gangguan Kemampuan Akademik (Academic Skills Disorders)
Gangguan Membaca
- Disleksia
- Gangguan Menulis Ekspresif
- Gangguan Berhitung (Diskalkulia)
7. Jam tidur pada anak sekolah
Jawaban : pada anak sekolah lama tidur adalah 8-9,5 jam tiap hari